Gerakan Mahasiswa Tahun
1966
Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini
awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya
gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat
itu adalah mereka yang sekarang berada pada lingkar kekuasaan atau pernah pada
lingkar kekuasaan, siapa yang tak kenal dengan Akbar Tanjung dan Cosmas
Batubara. Apalagi Sebut saja Akbar Tanjung yang pernah menjabat sebagai Ketua
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) periode tahun 1999-2004.
Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya
laten Negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk
mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia). Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakyat, yaitu dengan
dikeluarkannya SUPERSEMAR (surat perintah sebelas maret) dari Presiden Sukarno
kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA (orde
lama) dan berpindah kepada ORBA (orde baru). Angkatan 66 pun mendapat hadiah
yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA.
Gerakan Mahasiswa Tahun
1972
Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa
MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari). Tahun angkatan gerakan ini menolak
produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Dan Jakarta masih menjadi
barometer pergerakan mahasiswa nasional, tokoh mahasiswa yang mencuat pada
gerakan mahasiswa ini seperti Hariman Siregar, sedangkan mahasiswa yang gugur
dari peristiwa ini adalah Arif Rahman Hakim.
Gerakan Mahasiswa Tahun
1980 an.
Gerakan pada era ini tidak popular, karena lebih
terfokus pada perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri
(Menteri Dalam Negeri) Saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri
disambut dengan Demo Mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap
Mendagri. Buntutnya Pelaku pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO
(Droup Out) oleh pihak ITB (pada pemilu 2004 beliau menjabat sebagai Sekjen
Partai Serikat Indonesia / PSI).
Gerakan Mahasiswa Tahun
1990 an
Isu yang diangkat pada Gerakan era ini sudah
mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKK/BKK (Normalisasi
Kehidupan Kampus / Badan Kordinasi Kampus) yang membekukan Dewan Mahasiswa
(DEMA/DM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Pemberlakuan NKK/BKK mengubah format organisasi
kemahsiswaan dengan melarang Mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu
dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola
Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi
Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (senat mahasiswa
perguruan tinggi).
Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan
aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat yang notabane
perpanjangan pemerintah (penguasa) lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal
aktivis mahasiswa yang berbuat "over", bahkan tidak segan-segan untuk
men-DO-kan. Mahasiswa hanya dituntut kuliah dan kuliah saja.
Di kampus intel-intel berkeliaran, pergerakan
mahasiswa dimata-matai. Maka tidak heran jika misalnya hari ini menyusun
strategi demo, besoknya aparat sudah siap siaga. Karena banyak intel berkedok
mahasiswa.
Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB (organisasi tanpa bentuk). Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan komunis.Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada diberlakukannya NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap refresif Pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katholik Republik Indoenesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung.
Gerakan Mahasiswa Tahun
1998
Gerakan mahasiswa era sembilan puluhan mencuat
dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan,
tepatnya pada tanggal 12 mei 1998.
Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan
mencapai klimaksnya pada tahun 1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di
pertengahan tahun 1997. harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli
masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA,
tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat
gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda REFORMASI nya mendapat
simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan
rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan
dengan pemerintahan yang terlalu lama 32 tahun! politisi diluar kekuasaan pun
menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan
sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat, dan Golkar).
Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPR/MPR menjadi
tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen
mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah
di Gedung Dewan ini, tercatat FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta),
FORBES (Forum Bersama), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dan
FORKOT (Forum Kota). Sungguh aneh dan luar biasa, elemen mahasiswa yang berbeda
paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan : Turunkan Soeharto.
Memang lengser nya Soeharto seolah menjadi
tujuan utama pada gerakan mahasiswa sehingga ketika pemerintahan berganti, isu
utama kembali kepada kedaerahan masing-masing.
REFORMASI terus bergulir, perjuangan mahasiswa
tidak akan pernah berhenti sampai disini. Perjuangan dari masa ke masa akan
tumbuh jika Penguasa tidak berpihak kepada rakyat.
Dari perjalanan gerakan mahasiswa dari masa ke
masa ada persamaan ciri dari gerakan mahasiswa angkatan 98 dengan gerakan
mahasiswa angkatan lainnya, yaitu :
- Sebagai motor penggerak Pembaharuan. - Kepedulian dan Keberpihakan terhadap rakyat.
No comments:
Post a Comment