Friday 30 August 2013

Cara membuat air mancur abadi tanpa pompa listrik

Sebuah air mancur di taman dengan suara gemiricik merupakan sebuah pemandangan yang dapat menciptakan suasana damai penuh ketenangan dalam sebuah rumah, berbagai tipe air mancur dapat dibuat dengan system pompa listrik yang banyak dijual dipasaran sehingga  dapat dipilih sesuai kebutuhan dan selera akan hadirnya sebuah tetesan air dikolam taman, dibalik kemudahan tersebut mari kita coba ber inovasi dengan memikirkan alternatif tentang bagaimana cara membuat air mancur abadi tanpa pompa listrik, bagaimana caranya mari kita pikirkan bersama.
Dalam ilmu hidrolika  kita akan mengenal perilaku air yang dapat berjalan melawan gravitasi apabila diberikan sesuatu yang mampu mendorong atau menarik air untuk mengalir ke atas yang akhir-akhir ini banyak digunakan pompa listrik sebagai penarik air tersebut, nah disini mari kita buat air mancur abadi yang tidak memerlukan pompa listrik, gambaran berikut ini mungkin bisa menjadi alternatif sebuah konsep air mancur abadi yang begitu murah dan mudah untuk dibuat bahkan dengan barang bekas kita sudah bisa membuatnya:
Di alam ini kita dapat menemukan cara kerja air mancur tersebut dalam system hidrologi air hujan, dimana air menguap menuju ke atas lalu menggumpal menjadi awan dilangit untuk kemudian turun kembali ke permukaan bumi dalam bentuk air hujan kemudian menguap ke langit lagi begitulah system pengairan dibumi berjalan secara terus menerus dan otomatis sebagai ciptaan Tuhan yang begitu menakjubkan.
Material yang bisa dipakai untuk membuat air mancur abadi ini adalah Tabung : bisa menggunakan Drum bekas, gallon air dan bahan tabung lainya sedangkan tempat lewat air berupa selang air, untuk penyangga tabung agar bisa berada pada posisi yang tetap dapat menggunakan rangka besi beton bertulang, ini hanyalah konsep dengan material sederhana yang tentu dapat dikemas sedemikian rupa sehingga menarik misalnya dengan membuatnya berbentuk plastik model tertentu jika diproduksi secar masal di pabrik.
Demikian sebuah gambaran sistem air mancur abadi di kolam taman tanpa listrik jika mau silahkan kalau mau dibuat dirumah atau dibuat inovasi serta kreatifitas lainya sehingga dapat terwujud sebuah air mancur di kolam tanpa alat pompa listrik sebuah ide kecil yang belum dicoba

Kelimutu Lake, Flores

Danau ini oleh dunia disebut sebagai salah satu dari sembilan keajaiban dunia. Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915. Menurut kepercayaan setempat, danau dengan air warna merah merupakan tempat berkumpulnya para arwah orang jahat. Danau biru untuk para pemuda - pemudi, dan danau warna putih untuk orang tua. Para arwah diyakini akan bermukim di ketiga danau ini sesuai status sosialnya.





Monday 19 August 2013

Apakah itu Hibernate ?

hibernate ? yakin sudah banyak yang tau apa itu hibernate atau dalam bahasa indo, hibernasi , tetapi mari kita sharing juga kepada yang belum tau, ya ,dengan tujuan untuk dapat maju bersama-sama, tidak dengan ke egois-an. yang satu ini sebenarnya masih newbie juga tapi ada nasehat bijak : tulis dan beritahukan ilmu kamu walaupun ilmu itu manfaatnya kecil sekali, dengan demikian kamu akan lebih mudah mengingat, mendalami atau bahkan menambah ilmu sobat.ok, sudah cukup intermezzo-nya, sekarang langsung ke judul postingan kali ini,Hibernate.
Pada saat Anda akan Log-off, Shutdown, atau Restart, akan ada tiga pilihan menu yang ditampilkan, yaitu Standby, Turn Off, Restart. Hibernation adalah sebuah fungsi untuk menyimpan data yang ada di memori komputer ke dalam hard disk sehingga pada waktu membuka kembali komputer, maka sistem operasi Windows XP dapat secara langsung ke posisi kerja terakhir sobat. Cara untuk mengaktifkan Hibernate adalah sebagai berikut.
1. Klik Start » Control Panel, kemudian akan muncul kotak dialog Control Panel, setelah itu klik dua kali pada ikon Power Options.
2. Pilih tab Hibernate, kemudian aktifkan checklist Enable hibernation pada bagian Hibernate. Kemudian klik tombol OK.

Tuesday 6 August 2013

ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (POLITIK TANPA SOLUSI)


Sepenggal jargon itu adalah kata-kata penyemangat sahabat-sahabat kecil kita mengawali harinya sebagai pencopet. Mereka yang di mall, mereka yang di pasar, dan mereka yang di angkot, berlomba-lomba mencari sebanyak-banyaknya uang yang bisa mereka dapatkan. Suatu perjuangan yang keras bagi anak negeri ini. Anak-anak yang kata UUD 1945 harus dipelihara oleh negara. Yang harus mendapatkan hak atas pendidikan. Dan dilindungi dari kekerasan dan ancaman ketakutan.

Pendidikan Tidak Menjamin Kesejahteraan
Satu realita yang kita hadapi sehari-hari. Betapa banyak sarjana yang menganggur. Sebagian yang lebih beruntuk beralih profesi. Berdagang, sopir angkutan, bahkan pemulung. Pengangguran merupakan fenomena sosial yang menjadi permasalahan di negara kita. Apakah kita harus menyalahkan lapangan kerja yang kurang, atau sistem pendidikan kita yang dibuat untuk mencetak buruh. Yang jelas pengangguran dan kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks, yang membutuhkan penanganan komprehensif.

Pendidikan yang tidak membebaskan
Itulah kurikulum kita. Pendidikan yang tidak membebaskan. Dimana kita selalu diajar dengan buku dan mendengarkan kata Pak/Bu Guru. Dimana kita disajikan berbagai teori yang seringkali ga match sama realita. Dimana kita selalu dihadapkan dengan papan tulis, pinsil, buku, meja kayu, dan seragam yang kaku.“Kalian boleh menulis dengan cara apapun, asal hasilnya menjadi huruf A.” Satu kritik terhadap pendidikan kita yang seringkali dipenuhi kata harus. Memang lucu melihat cara2 mereka dalam menulis huruf A. namun kebebesan menentukan kemauan anak-anak untuk belajar.Tengoklah apa yang dilakukan sebuah lembaga pendidikan alternatif Qori’ah Thoyibah. Atau mungkin ada di antara teman-teman yang sudah membaca buku Toto Chan. Mereka menentukan kurikulum mereka sendiri. Mereka boleh memilih pelajaran mana yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu. Sistem belajar mereka sungguh menyenangkan, dinamis, dan jauh dari membosankan.Suatu kali saya bertemu dengan Bapak Utomo Dananjaya. Pada hari yang sama saya diperlihatkan kegiatan di Qori’ah Thoyibah melalu video singkat. Kegiatan yang benar-benar mencari ilmu pengetahuan. Bukan sekedar mencari nilai. Adakah relevansi seragam dengan kecerdasan? Adakah relevansi definisi absolut dari sebuah buku dengan pemahaman murid? Maka lepaskan semua ketidakbebasan. Karena ilmu pengetahuan jauh lebih bebas, jauh lebih liar, dan jauh lebih luas.
Mengejar nilai, itulah yang diterapkan di sekolah-sekolah konvensional. Dengan sistem kaku yang menjemukan. Yang memberikan nilai kuantitatif tanpa ada relasinya dengan kecerdasan. Suatu sistem yang juga dikritik lewat film India 3idiots. Suatu sistem yang juga dilanggengkan di Indonesia.

Koruptor: Profesi untuk yang Berpendidikan
Lagi-lagi pendidikan dikritik. Pendidikan membuat orang menjadi pintar. Bukan hanya lebih pintar dalam mengelola negara, tetapi juga lebih pintar mengeruk uang negara. Nyatanya pendidikan tidak membuat orang taat hukum. Pendidikan tidak membuat orang mampu membedakan mana uang mereka dan yang bukan. Pendidikan tidak membuat orang bisa menbedakan yang benar dan yang salah. Tanpa pendidikan orang hanya bisa jadi copet. Dengan pendidikan, orang bisa jadi koruptor.
“Kalo korupsi bisa kan bg? Kan kita sudah berpendidikan.”

Sebuah Dilema: Budi Luhur vs Haram
Yang dilakukan Muluk, Pipit, dan Syamsul, adalah satu tindakan progresif untuk mengembangkan Komet dan kawan-kawan. Tindakan mereka patut diacungi jempol. Walau bertahap, namun arah mereka jelas, untuk membantu teman-teman kecil mereka meninggalkan profesi haram mereka. Toh segala sesuatunya tidak bisa instan. Nyatanya mereka tetap butuh uang. Dan jadilah mereka digaji dari hasil mencopet murid-murid mereka.
Kenyataan itu begitu pahit ditelan oleh orang tua Pipit dan Muluk. Uang haram telah mengalir di darah mereka. Kedua sahabat seperguruan pesantren itu menangis sejadi-jadinya. Meratapi jerih payah mereka selama ini untuk selalu jujur, selalu memberi makan dan membesarkan anak mereka dengan uang yang halah. Kenyataannya, anak mereka mendapatkan uang haram.
Di satu sisi, perbuatan mereka adalah budi luhur untuk membantu orang lain. Namun nilai agama mengutuki mereka. Menyudutkan apa yang mereka lakukan ke tempat yang haram, ke tempat yang salah, ke tempat yang dosa.
Ingatkan kata-kata Pipit? Seandainya Pipit anak orang kaya, tidak membutuhkan uang, dia akan melakukan pekerjaan itu, mendidik anak-anak itu tanpa mengambil bagian uang hasil mencopet mereka. Apa mau dikata, Pipit butuh uang untuk kehidupan sehari-harinya.

DPR: Bukan Cerdas yang Dicari
Jupri sang calon anggota legislatif. No urut 200 sekian (lupa euy) dari Partai Asam Lambung. Semua pasti tertawa begitu melihat apa yang ia tunjukan kepada Rohmah. Gambar ikan, itu saja. Leptop itu tidak untuk mengetik visi misi,program, dan renstra. Tidak untuk menjabarkan permasalahan rakyat dan penanggulangannya. Tidak juga berisikan data-data kebutuhan rakyat yang akan menjadi knstituennya.
Mungkin adegan ini mengingatkan kita pada satu peristiwa. Ketika anggota DPR menuntut untuk dibelikan leptop, dan kita pun bertanya-tanya. “Apa mereka semua bisa menggunakannya?”

Penegak Hukum = Bos Mafia
Dua orang berbadan besar, menghampiri Muluk, Jarot, dan kawan-kawan kecil kita. menegur dan bertanya, “Omset lagi gede ni?” Terlihat oleh kita, Jarot memberikan lipatan rupiah kepada salah satu dari mereka, dan mereka pun pergi.
Muluk pun bertanya siapa mereka. Anak-anak butuh pelindung. Jarot lah yang melindungi. Jarot pun butuh pelindung. Kedua orang itulah yang melindungi. Polisi, sudah pasti profesi itulah yang terlintas di kepala kita. mereka berdua pasti polisi.
Di banyak negara, mafia diburu. Mafia menjadi musuh penegak hukum. Mereka dengan gerakan bawah tanahnya senantiasa berhadapan dengan polisi. Tapi di Indonesia, di negeri yang alangkah lucunya ini, mafia berasal dari penegak hukum.

(Belum) Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Cermatilah kata per kata lagu kebangsaan kita tercinta. Sungguh indah bukan? Sayangnya Indonesia Raya masih menjadi doa. Indonesia Raya belum menjadi nyata. “Amiiiiinnnn” pun menjadi kalimat yang paling cocok tuk diucapkan selesai menyanyikan Indonesia Raya.

Pedagang Asongan vs Koruptor
Pedagang Asongan diburu Sat Pol PP. Sementara koruptor dibiarkan bebas begitu saja. Kenapa? Karena koruptor tidak mengganggu jalan. Karena itu, daripada mengganggu jalan dengan berdagang asongan, lebih baik merusak jalan, dengan mengkorup dana pembangunan jalan tersebut sehingga pembangunannya tidak maksimal.
Ending yang Menampar: Law in the book vs Law in action
Muluk tampak tersenyum senang. Setelah mati-matian mengajarkan mereka. Memberikan pemahaman moral, pancasila, dan agama. Membuat mereka mengerti mana yang haram dan mana yang halal. Mendapat penolakan dan keengganan untuk berubah. Akhirnya kotak asongan yang dibelinya dipakai juga oleh Komet dan kelima temannya. Komet dan teman-temannya pun senang bisa melihat Muluk lagi. Mereka saling menyapa, melambaikan tangan dan tertawa bahagia. Syamsul pun pernah bilang , “kalau jadi tukang asongan, kalian tidak akan dikejar polisi lagi.”
Tiba-tiba tawa Muluk berubah. Kekhawatiran membayangi wajahnya ketika ia berteriak sambil berusaha keluar dari kobil. “Lari,” ujarnya. Komet dan kawan-kawan pun lari seketika. Mereka memang tak dikejar polisi, mereka juga tidak dikejar massa. Tapi mereka dikejar sat Pol PP yang siap menggaruk pedagang asongan, gelandangan, pengemis, dan anak jalanan.
Mencopet adalah pekerjaan haram. Risiko ditangkap, dipenjara, dan digebuki massa pun menjadi tantangan yang biasa. Dan ketika niat berubah sudah dilaksanakan, profesi mencopet sudah ditinggalkan, toh mereka dikejar-kejar juga.

Satir Politik Tanpa Solusi
Bagi yang berharap kisah ini akan berakhir bahagia, tidak akan menemukan apa yang dicari dalam film ini. Sepotong kalimat dari UUD 1945 mengakhiri film ini. Sepotong kata yang semakin absurd. Yang jelas diakui dan wajib dijalankan oleh negara karena tertuang dalam landasan hukum tertinggi negeri kita.
Film ini tak menyajikan akhir yang menjawab pertanyaan kita. Dia hanya menangkat realita yang ada. Yang dibenturkan dengan “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.” Satu tamparan besar bagi negeri ini. Apa yang ada di UUD, sama sekali tak terjadi.
Tanpa solusi, saya dan kawan-kawan beasumsi tak menemukan solusi. Memangnya solusi apa yang bisa kita dapatkan dalam kondisi negeri sekarang ini? Saking ‘ajaibnya’ Indonesia. Saking ‘istimewanya’ sistem hukum kita. Tak ada solusi, di Negeri yang alangkah gilanya ini.